Pada 1 Maret 2024 lalu, dunia seni manga dan anime kehilangan salah satu ikon terbesarnya. Akira Toriyama, pencipta anime dan manga legendaris Dragon Ball, telah meninggal dunia pada usia 68 tahun akibat subdural hematoma.
“Kami sangat sedih untuk memberi tahu Anda bahwa pencipta Manga Akira Toriyama meninggal pada tanggal 1 Maret karena hematoma subdural akut,” demikianlah pernyataan yang diposting di akun resmi X dari tim produksi Dragon Ball pada Jumat, 8 Maret 2024.
Kematian Toriyama telah mengejutkan banyak penggemar dan peminat manga di seluruh dunia. Banyak pula yang bertanya-tanya tentang penyakit apa sebenarnya yang menyebabkan kematian sang maestro. Lantas, apa sebenarnya kondisi hematoma subdural ini?
Mengutip dari laman My.clevelandclinic.org, hematoma subdural adalah jenis pendarahan yang berada di dalam kepala.Kondisi ini terjadi ketika darah terkumpul di bawah duramater yang merupakan salah satu lapisan jaringan yang melindungi otak. Hal ini paling sering terjadi akibat cedera kepala dan bisa berakibat fatal. Sementara itu, duramater sendiri adalah salah satu meningen dari tiga lapisan membran yang menutupi dan melindungi otak serta sumsum tulang belakang.
Hematoma subdural berkembang dari robekan pada pembuluh darah. Darah yang bocor kemudian keluar dari pembuluh darah yang robek lalu masuk ke dalam ruang antara duramater dan arachnoid mater. Pendarahan aktif ke dalam ruang ini disebut pendarahan subdural.
Penumpukan darah adalah apa yang kemudian disebut dengan hematoma subdural. Lebih luasnya, hematoma subdural adalah jenis cedera otak traumatis (TBI). Kondisi ini dapat mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis segera.
Akira Toriyama adalah salah satu mangaka legendaris di Jepang dan bahkan dunia. Ia banyak menghasilkan karya-karya hebat, di antaranya Dragon Ball, Fox Tale, dan Blue Dragon.
Selain membuat manga dia juga bekerja sebagai desainer karakter untuk beberapa permainan video terkenal seperti seri Dragon Quest, Blue Dragon, dan Chrono Trigger. Toriyama dianggap sebagai salah satu artis yang telah mengubah sejarah manga karena karyanya yang sangat terkenal dan berpengaruh pada artis-artis manga berikutnya.
Dia meraih penghargaan Shogakukan Manga Award tahun 1981 untuk manga shōnen atau shōjo terbaik yakni Dr. Slump dan karyanya ini terjual lebih dari 35 juta copy di Jepang. Dr. Slump diadaptasi menjadi serial anime yang sukses dan juga anime keduanya dibuat pada tahun 1997 atau tiga belas tahun setelah manganya tamat.
Serinya yang berikutnya adalah Dragon Ball yang telah menjadi salah satu manga paling sukses dan terkenal di dunia. Dragon Ball telah terjual lebih dari 230 juta copy di seluruh dunia dan menjadi manga dengan penjualan terbaik nomor tiga sepanjang masa dan dianggap menjadi salah satu alasan utama untuk "Masa Keemasan Jump" selang periode pertengahan 1980-an dan 1990-an saat peredaran manga sedang dalam masa puncaknya. Di luar negeri, adaptasi anime Dragon Ball bahkan lebih sukses daripada manganya dan diakui menjadi pendorong popularitas anime di dunia terutama Dunia Barat.
Sumber : MSN