Ketika kita lupa makan, tubuh punya cara untuk mengingatkan bahwa ia butuh "bahan bakar".
Biasanya perut akan berisik atau kita sering menyebutnya keroncongan sebagai tanda bahwa kita perlu segera mengisi perut.
Sebenarnya perut keroncongan tak cuma karena lapar saja.
"Perut yang berbunyi itu terjadi karena peristaltis," kata pakar ilmu makanan dan nutrisi Tiffany Weir seperti dikutip dari Live Science.
Peristalsis adalah serangkaian kontraksi otot seperti gelombang yang mendorong gas, makanan, dan cairan di sepanjang tabung berlubang saluran pencernaan.
Saluran pencernaan manusia, yang meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan rektum, pada dasarnya adalah pipa berotot yang panjang.
Untuk mendapatkan makanan dari satu ujung ke ujung lainnya, otot-otot yang dibangun pada lapisan tabung ini berkontraksi secara berurutan, satu set otot demi satu, yang mendorong isi pencernaan.
"Suara berisik di perut adalah bunyi yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot ini dan ini tidak cuma terjadi saat kita lapar," paparnya.
Perut yang penuh pun bisa memicu peristaltis. Sebab, setelah kita makan akan banyak terjadi gerakan peristaltis.
"Rata-rata tiga gelombang per menit di perut dan 12 di sepanjang usus kecil. Saat makanan didorong melalui saluran pencernaan, ia dicampur dan diaduk supaya lebih mudah dicerna, dan pencampuran padatan dan cairan selama pencernaan bukanlah proses yang hening," katanya.
Gerakan peristaltik ini sering luput dari perhatian karena isi lambung dan usus meredam suara apa pun yang dibuat oleh saluran pencernaan.
Saluran pencernaan yang kosong jauh lebih berisik, yang mungkin menjelaskan mengapa perut keroncongan terlihat saat seseorang lapar, sehingga biasanya dikaitkan dengan rasa lapar.
Menurut National Institutes of Health, saat perut kosong selama beberapa jam, ia mulai mengeluarkan hormon yang disebut ghrelin. Saat hormon ini mencapai otak, maka akan memicu rasa lapar dan merangsang gerakan peristaltik di saluran pencernaan.
Terkadang, perut keroncongan dan sendawa juga disebabkan oleh masalah pencernaan.
Pencernaan makanan tertentu yang tidak sempurna, seperti bahan nabati, seperti kacang-kacangan, dan produk susu, dapat menghasilkan gas berlebih yang memperkuat suara peristaltik.
Penyakit pencernaan seperti gastroenteritis dapat menyebabkan diare, yang melibatkan peningkatan aksi peristaltik dalam upaya membersihkan usus, yang juga bisa sangat bising.